Rabu, 23 November 2011

alat-alat optik

Mata
Salah satu alat optik alamiah yang merupakan salah satu anugerah dari Sang Pencipta adalah mata. Di dalam mata terdapat lensa kristalin yang terbuat dari bahan bening, berserat, dan kenyal. Lensa kristalin atau lensa mata berfungsi mengatur pembiasan yang disebabkan oleh cairan di depan lensa.
Bagian-bagian mata
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke bagian belakang mata yang disebut retina. Bentuk bayangan benda yang jatuh di retina seolah-olah direkam dan disampaikan ke otak melalui saraf optik. Bayangan inilah yang sampai ke otak dan memberikan kesan melihat benda kepada mata. Jadi, mata dapat melihat objek dengan jelas apabila bayangan benda (bayangan nyata) terbentuk tepat di retina.
Rabun Jauh dan Cara Memperbaikinya
Orang yang menderita rabun jauh atau miopi tidak mampu melihat dengan jelas objek yang jauh tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek di titik dekatnya (pada jarak 25 cm). titik jauh mata orang yang menderita rabun jauh berada pada jarak tertentu (mata normal memiliki titik jauh tak berhingga).
Rabun jauh dapat diperbaiki dengan menggunakan lensa cekung yang bersifat memencarkan sinar. lensa cekung atau lensa negatif dapat membantu lensa mata agar dapat memfokuskan bayangan tepat di retina.
Prinsip dasarnya adalah lensa negatif digunakan untuk memindahkan (memajukan) objek pada jarak tak hingga agar menjadi bayangan di titik jauh mata tersebut sehingga mata dapat melihat objek dengan jelas.
Rabun Dekat dan Cara Memperbaikinya
Orang yang menderita rabun dekat atau hipermetropi tidak mampu melihat dengan jelas objek yang terletak di titik dekatnya tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek yang jauh (tak hingga). Cacat mata hipermetropi dapat diperbaiki dengan menggunakan lensa cembung yang bersifat mengumpulkan sinar. Lensa konvergen atau lensa cembung atau lensa positif dapat membantu lensa mata agar dapat memfokuskan bayangan tepat di retina.
Prinsip dasarnya adalah lensa positif digunakan untuk memindahkan (memundurkan) objek pada jarak baca normal menjadi bayangan di titik dekat mata tersebut sehingga mata dapat melihat objek dengan jelas.

Kaca Pembesar
Aplikasi alat optik yang lain dalam kehidupan kita adalah pada lup. Kaca pembesar atau lup digunakan untuk melihat benda kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung. Lup menggunakan sebuah lensa cembung untuk memperbesar objek menjadi bayangan sehingga dapat dilihat dengan jelas.
Bayangan yang dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar. Untuk mendapatkan bayangan semacam ini objek harus berada di depan lensa dan terletak diantara titik pusat O dan titik fokus F lensa.

Mikroskop
Kita selalu ingin melihat benda yang kecil tapi tak tahu apa yang harus di perbuat…..
Di dunia ini banyak sekali materi materi yang sangat kecil yang tak mampu bagi lup untuk menampilkan bentuknya, hal itu dikarenakan kekuatan lup untuk melihat benda yang lebih kecil sangat terbatas. Tapi itu semua tidak akan menyurutkan kita untuk melihat benda yang lebih kecil. Oleh karena itu, Untuk mendapatkan perbesaran yang lebih besar diperlukan susunan alat optik yang lebih baik. Perbesaran yang lebih besar dapat diperoleh dengan membuat susunan dua buah lensa cembung. Susunan alat optik ini dinamakan mikroskop yang dapat menghasilkan perbesaran sampai lebih dari 20 kali.
Sebuah mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung (lensa positif). lensa yang dekat dengan objek (benda) dinamakan lensa objektif, sedangkan lensa yang dekat mata dinamakan lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif.

KAMERA
contoh lain dari penerapan fisika pada kehidupan sehari hari adalah kamera. Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Dikenal banyak jenis kamera potret.Kamera digunakan manusia untuk merekam, mengambil gambar yang penting atau menarik. Sebuah kamera minimal terdiri atas: Kotak yang kedap cahaya (badan kamera), Sistem lensa, Pemantik potret (shutter), Pemutar.

Lahan potensial dan Lahan Kritis

1. Pengertian Lahan Potensial
Lahan Potensial adalah lahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dalam arti sempit
lahan potensial selalu dikaitkan dengan produksi pertanian, yaitu lahan yang dapat
memberikan hasil pertanian yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolaan yang rendah.
Tetapi dalam arti luas, lahan potensial dikaitkan dengan fungsinya bagi kehidupan
manusia, yaitu lahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sehingga potensial tidaknya suatu lahan diukur sampai sejauh mana lahan
tersebut memberikan manfaat secara optimal bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh,
suatu lahan tidak potensial untuk lahan pertanian tetati potensial untuk permukiman,
pariwisata, atau kegiatan lainnya.
Pengertian lahan potensial ada dua macam yaitu dalam arti luas dan arti sempit. Dalam
arti luas lahan potensial adalah lahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan dalam arti sempit lahan potensial adalah
lahan yang dapat memberikan hasil pertanian yang tinggi walaupun dengan biaya
pengelolaan yang rendah.
2. Pengertian Lahan Kritis
Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis
atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu
lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui
kemampuan suatu lahan dapat dilihat dari besarnya resiko ancaman atau hambatan
dalam pemanfaatan lahan tersebut.


CIRI-CIRI LAHAN POTENSIAL DAN LAHAN KRITIS
Anda telah memahami pengertian lahan potensial dan lahan kritis. Dapatkah sekarang Anda
menyebutkan ciri-ciri lahan potensial dan lahan kritis?
1. Ciri-ciri Lahan Potensial dan Lahan Kritis dilihat dari sudut
Pertanian
a. Ciri-ciri Lahan Potensial Untuk Pertanian
1) Tingkat Kesuburan Tinggi
Lahan yang subur adalah lahan dengan tanah yang banyak mengandung mineral
untuk kebutuhan hidup tanaman. Hal ini sangat tergantung pada jenis tanaman
yang diusahakan. Untuk tanaman biji-bijian banyak membutuhkan mineral posfor,
untuk tanaman sayuran membutuhkan mineral zat lemas (N2), dan tanaman umbiumbian
membutuhkan mineral alkali.
Jadi agar lahan dapat berproduksi secara optimal harus disesuaikan, antara
jenis mineral yang dikandung lahan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan.
2) Memiliki Sifat Fisis yang Baik
Lahan yang memiliki sifat fisis baik adalah lahan yang daya serap air dan sirkulasi
udara di dalam tanahnya cukup baik. Sifat fisis ini ditunjukkan oleh tekstur dan
struktur tanahnya.
Tekstur tanah adalah sifat fisis tanah yang berkaitan dengan ukuran partikel
pembentuk tanah. Partikel utama pembentuk tanah adalah pasir, lanau (debu),
dan lempung (tanah liat)

Tekstur tanah berpengaruh terhadap daya serap dan daya tampung air. Tanah
lempung teksturnya sangat halus, mudah menampung air tetapi daya serapnya
kecil. Sebaliknya tanah pasir mudah menyerap air, tetapi sukar menampungnya.
Tekstur tanah yang ideal untuk pertanian adalah geluh, yaitu tanah yang lekat.
Tekstur tanah geluh terdiri dari dua macam tanah, yaitu tanah lanau (20%
lempung, 30 - 50% lanau dan 30 - 50% pasir) dan tanah lanau berpasir (20 -
50% lanau/lempung, 50 - 80% pasir).
Struktur tanah adalah sifat fisis tanah yang dikaitkan dengan cara partikel-partikel
tanah berkelompok. Struktur tanah ini berpengaruh terhadap pengaliran air dan
sirkulasi udara di dalam tanah.
3) Belum Terjadi Erosi
Terjadinya erosi pada suatu lahan akan menyebabkan berubahnya lahan
potensial menjadi lahan kritis. Lahan yang telah mengalami erosi, tingkat
kesuburannya berkurang, sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Erosi mengakibatkan lahan tanah yang paling atas terkelupas. Sisanya tinggal
tanah yang tandus, bahkan sering merupakan batuan yang keras (padas). Proses
erosi yang kuat sering dijumpai di daerah pantai, akibat abrasi (pengikisan oleh
gelombang laut) dan di daerah pegunungan dengan lereng terjal serta miskin
tumbuhan. Erosi di pegunungan akibat adanya longsor dan soil creep (tanah
merayap).
b. Ciri-ciri Lahan Kritis Untuk Pertanian
1) Tidak Subur
Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat
di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir).
2) Miskin Humus
Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian,
karena tanahnya kurang subur.
Tanah Humus adalah tanah yang
telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk. Tanah
humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan
primer. Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di
daerah yang miskin atau jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan
yang hutannya rusak.

Untuk mengetahui suatu lahan potensial untuk pertanian dapat dilihat dari ciri-cirinya:
yaitu tanahnya subur, memiliki sifat jenis yang baik dan belum mengalami erosi.
Begitu juga suatu lahan kritis untuk pertanian bila memiliki ciri-ciri: tidak subur dan
miskin humus.
2. Ciri-ciri Lahan Potensial dan Lahan Kritis dilihat dari Sudut
Permukiman
.
a. Ciri-ciri Lahan Potensial untuk Permukiman
1) Daya Dukung Tanah Besar
Artinya memiliki kemampuan untuk menahan beban dalam ton tiap satu meter
kubik. Jadi bila didirikan bangunan di atasnya tidak amblas.
2) Fluktuasi Air Baik
Artinya memiliki kedalaman air tanah yang sedang. Fluktuasi air berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan, jika air tanahnya dangkal maka keadaan di atasnya
lembab dan jika air tanahnya dalam maka keadaan di atasnya gersang (kering/
tandus).

3) Kandungan Lempung cukup
Kandungan lempung berpengaruh terhadap kembang kerutnya tanah. Hal ini
erat kaitannya dengan pembuatan pondasi,pembangunan jalan, saluran air, dan
sebagainya.
4) Topografi
Topografi yang ideal untuk permukiman adalah yang kemiringan lahannya antara
0% sampai 3%. Kemiringan merupakan perbandingan antara jarak vertikal dan
jarak horisontal dikali 100%.
Kemiringan lereng 0% berarti tanahnya rata, dan kemiringan lereng 100% berarti
sudut kemiringannya 45% (sangat curam).
Topografi erat kaitannya dengan kenyamanan hunian (tempat tinggal) dan
keamanan dari ancaman bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan
sebagainya.

b. Ciri-ciri Lahan Kritis untuk Permukiman
1) Daya dukung tanah rendah, artinya tidak mampu menahan beban dalam ton
tiap satu meter kubik. Sehingga bila didirikan bangunan di atasnya, bangunan
tersebut akan roboh (amblas).
2) Fluktuasi air tidak baik, artinya air tanahnya terlalu dangkal atau terlalu dalam.
Hal ini dapat mempengaruhi bangunan dan kesehatan penduduk yang tinggal di
atas lahan tersebut.
3) Topografi
Topografi yang tidak cocok untuk permukiman adalah yang kemiringannya lebih
dari 3%. Karena topografi dengan kemiringan lebih dari 3% resiko ancaman
bencana alam seperti tanah longsor dan banjir besar. Hal ini dapat mengganggu
kenyamanan hunian dan keamanan dari bencana alam tersebut.

PEMANFAATAN LAHAN POTENSIAL DAN KENDALANYA
Sampai saat ini, belum seluruh lahan di permukaan bumi dimanfaatkan seara optimal oleh
manusia. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala (hambatan), misalnya gurun pasir
dengan amplitudo suhu (perbedaan suhu) yang tinggi, lereng terjal, daerah yang sangat
tinggi atau daerah yang tertutup salju. Selama ini manusia hanya memanfaatkan lahan yang
memungkinkan untuk hidup sesuai dengan tingkat kebudayaannya.
1. Pemanfaatan Lahan Potensial di Daerah Pantai
Lahan potensial di daerah pantai ternyata memiliki arti ekonomi yang cukup tinggi.
Pemanfaatan lahan potensial di daerah pantai antara lain:
a. Untuk Usaha Tambak Udang dan Bandeng
Kendala (hambatan) yang dihadapi adalah adanya pasang surut yang perbedaannya
cukup besar. Cara mengatasinya dengan membuat sistem saluran yang dilengkapi
dengan pintu air, untuk mengatur pergantian air agar pH (tingakat keasaman) nya
tetap.
b. Untuk Usaha Pembuatan Garam
Kendala utama yang dihadapi dalam usaha ini adalah cuaca (curah hujan) yang
tidak teratur.
c. Untuk Wisata Bahari (Wisata Laut)
Kendala yang dihadapi daerah pantai yang dijadikan tempat wisata antara lain
kurangnya sarana transportasi, penerangan (listrik), adat istiadat masyarakat, dan
keamanan.
2. Pemanfaatan Lahan Potensial di Daerah Dataran Rendah
Lahan potensial pada kawasan dataran rendah dimanfaatkan untuk pertanian. Di sini
juga ada kendala yang dihadapi seperti pada daerah pantai. Kendala yang dihadapi
terutama terjadinya genangan air yang cukup lama setelah banjir, sehingga dapat
mengurangi bahkan menggagalkan hasil pertanian (panen).
3. Pemanfaatan Lahan Potensial di Kawasan Pegunungan/Perbukitan
Lahan potensial di kawasan pegunungan, umumnya dimanfaatkan untuk perkebunan,
perhutanan, dan wisata pegunungan.
Kendalanya antara lain, terjadinya tanah longsor, erosi, dan soil creep (tanah merayap).
Hal ini disebabkan lahan potensial di kawasan pegunungan memiliki kemiringan yang
relatif besar dibandingkan dengan lahan potensial di pantai maupun di dataran rendah.
Pemanfaatan lahan potensial di pantai, di dataran rendah, dan di pegunungan berbeda
yaitu:
di pantai dimanfaatkan untuk: tambak udang/bandeng, pembuatan garam, dan wisata
bahari (laut),
di dataran rendah dimanfaatkan untuk: pertanian,
di pegunungan dimanfaatkan untuk: perkebunan, perhutanan, dan wisata
pegunungan.

CARA PELESTARIAN LAHAN POTENSIAl
1. Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi
(tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini sangat efektif (tepat) dalam
pengontrolan erosi. Ada beberapa cara mengawetkan tanah melalui metode vegetatif
antara laain:
a. Penghijauan, yaitu penanaman kembali lahan gundul dengan jenis tanaman
tahunaan. Jenis tanamannya antara lain, akasia,angsana, flamboyan.
Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap
debu/kotoran di udara lapisan bawah.
b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras.
Jenis tanamannya antara lain, pinus, jati, rasamala, dan cemara. Fungsinya untuk
menahan erosi dan diambil hasilnya (kayunya).
c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping), yaitu menanam tanaman
searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan
memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada
lahan dengan kemiringan 3 - 8%.
d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (bufering), yaitu menanam lahan dengan
tumbuhan keras (pinus, jati, cemara). Fungsinya untuk menghambat penghancuran
tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik
tanah.
e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu melakukan
penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Penanaman berbaris
tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin.
Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan lebih
dari 8% jarak tanaman dipersempit. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi
dan mempertahankan kesuburan tanah.
f. Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman secara bergantian
(bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya
untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak berkurang.
2. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui tehnik-tehnik pengolahan
tanah yang dapat memperlambat aliran air. Beberapa cara yang umum dilakukan pada
metode mekanik antara lain:
a. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu pengolahan tanah
sejajar dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan
memperbesar resapan air.

b. Pembuatan tanggul/pematang/guludan bersaluran
Pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertampung
dan meresap dalam tanah. Pada tanggulnya dapat ditanami palawija.
c. Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada
lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang
lereng, memperbesar resapan air dan mengurangi erosi.
d. Pembuatan saluran air (drainase)
Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng
yang pendek. Sehingga aliran air dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai
ke sungai.
Metode pengawetan tanah atau pengontrolan erosi menjadi sangat efektif apabila metode
mekanik dipadukan atau dikombinasikan dengan metode vegetatif, misalnya terrassering
dan bufering.

CARA PELESTARIAN LAHAN POTENSIAL DI PANTAI, DATARAN
RENDAH, DAN PEGUNUNGAN
1. Pelestarian Lahan Potensial di kawasan Pantai
Untuk menjaga kelestarian lahan potensial di kawasan pantai antara lain:
a. Tidak melakukan pengeringan rawa di kawasan pantai atau pengrusakan hutan bakau
(mangrove).
b. Membuat sistem saluran air yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur
pergantian air agar pH nya tetap.
2. Pelestarian Lahan Potensial di Dataran Rendah
Pelestarian lahan potensial di dataran rendah antara lain dengan:
a. Pembuatan/perbaikan saluran air (drainase)
b. Penggunaan lahan secara teratur disesuaikan dengan kondisi fisisnya.
c. Pemupukan tanah dalam jumlah seimbang, untuk menghindari keracunan atau
kejenuhan tanah terhadap pupuk.
d. Melakukan sistem pergiliran tanaman (crop rotation).
3. Pelestarian Lahan Potensial di Pegunungan/Perbukitan
Usaha pencegahan terjadinya lahan kritis di pegunungan anatara lain:
a. Penanaman pohon pelindung (tanaman penutup tanah)
Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah lapisan atas oleh air hujan. Jenis
tanaman yang paling cocok adalah tanaman reboisasi (pinus, jati, rasamala, dan
cemara).
b. Penanaman secara kontur
Yaitu melakukan penanaman searah dengan garis kontur.
Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air.
c. Penggunaan tehnik pengolahan lahan secara baik
Yaitu pengolahan tanah menurut garis kontur.
Fungsinya untuk menghambat aliran air.
d. Pembuatan teras. (sengkedan/terrassering)
Fungsinya untuk mengurangi panjang lereng, memperbesar resapan air, dan
mengurangi erosi.
e. Pembuatan tanggul/guludan bersaluran
Fungsinya agar air hujan dapat tertampung dan meresap dalam tubuh.
Pelestarian lahan potensial di pantai, di dataran rendah, dan di pegunungan memiliki
cara yang berbeda yaitu:
di pantai dengan cara; tidak pengeringan rawa/merusak hutan bakau dan membuat
sistem saluran air,
di dataran rendah dengan cara; pembuatan drainase, penggunaan lahan secara
teratur, pemupukan yang seimbang, dan crop rotation,
di pegunungan dengan cara; penanaman pohon pelindung, penanaman secara
kontur, penggunaan tehnik pengolahan lahan secara baik, terrassering, dan
pembuatan tanggul.

smoga bermanfaat :)

coba-coba :)

hehehe....:)